“Those who forget the past are condemned to repeat it”
George Santayana
GAZA kembali membara, kepulan asap tebal dari sisa-sisa mesiu dan bangunan-bangunan yang terbakar memenuhi angkasa. Bumi Palestina yang penuh berkah itu kembali digenangi darah orang-orang tak berdosa yang dibantai makhluk-makhluk durjana tak bernurani yang buta mata hatinya. Puluhan ribu orang meninggal dunia dan entah berapa banyak lagi yang terluka dan cedera. Beratnya beban penderitaan mereka, baik fisik maupun psikologis, sudah tidak terbayangkan lagi beratnya.
Sebagaimana diberitakan dalam situs islampos.com, Jurubicara Kementrian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Dr. Ashraf Qudra menegaskan korban agresi Zionis Israel hingga hari Ahad (18/11) mencapai 52 orang gugur dan lebih dari 550 lainnya terluka, seorang dua orang warga dan seorang bocah gugur dalam serangan Israel di kamp pengungsi Shati serta seorang wanita lanjut usia. Kini jumlah korban jiwa sudah mencapai ratusan orang, entah berapa banyak lagi korban jiwa dan korban luka yang akan jatuh di sana.
Mungkin masih ada diantara kita yang bertanya-tanya, apakah yang menyebabkan Zionis begitu seringkali menyerang Gaza dan darah sekitarnya? Gaza dan sekitarnya adalah wilayah yang mau tidak mau harus mereka taklukkan secara militer. Penduduk Gaza bukanlah orang-orang hedonis yang hidupnya serba materialistis, boros dan bergelimang kemewahan harta. Mereka adalah orang-orang yang tahan uji, kuat mental dan memiliki spiritualitas yang tinggi. Banyak di antara mereka adalah diantara orang-orang yang menjaga amanah Al Quran yang diberikan kepada manusia oleh Allah SWT. Bahkan, menurut Sekjen KISPA, Ustadz Ferry Nur, alasan Zionis menyerang Gaza pada tahun 2008 yang lalu adalah karena adanya wisuda para penghafal Al Quran sebanyak 3500 orang. Banyaknya para penghafal Al Quran yang masih muda itu sangat mengguncang hati dan mental pengecut kaum Zionis.
Mereka pun tidak segan-segan pun melancarkan serangan membabi buta yang mengakibatkan kematian banyak penduduk tak berdosa di sana. Namun demikian, sampai hari ini Gaza belum juga bisa mereka taklukkan. Serangan-serangan biadab itu malah membuat para penduduknya semakin dekat dengan Allah SWT dan semakin meneguhkan mereka di jalan yang diridhoiNya, Insya Allah. Kaum Zionis sebenarnya takut sekali pada para penduduk Gaza yang selama ini tidak pernah bisa mereka taklukkan. Mereka takut pada lemparan-lemparan batu dan roket-roket yang seringkali menghantam tempat-tempat tinggal mereka. Dalam keadaan takut yang menguasai dan merongrong jiwa pengecut mereka, mereka pun tak segan-segan mengerahkan segala yang mereka punya ke Gaza. Mereka ingin melenyapkan Gaza karena Gaza adalah mimpi buruk yang menghantui mereka setiap malam. Gaza mampu mengingatkan mereka akan kematian dan dosa-dosa mereka serta busuknya ideologi warisan para penyembah berhala yang mereka pegang teguh selama ini. Gaza adalah penghinaan terhadap kebanggan rasial semu yang mereka pertahankan mati-matian selama berabad-abad. Walaupun demikian, bukan berarti kaum muslimin boleh berpangku tangan dan menyerahkan begitu saja persoalan ini pada penduduk Gaza. Kita memilik kewajiban untuk membantu mereka semaksimal mungkin yang kita mampu.
Sangat disayangkan, peristiwa serangan membabi-buta kaum Zionis ke Gaza tahun 2008 yang lalu tidak dijadikan pelajaran oleh umat Islam di dunia ini. Sehingga, saat peristiwa serupa terjadi di tahun 2012 ini, umat Islam kembali terkaget-kaget dan menyikapinya dengan reaktif. Mereka hanya bisa mendesak dan berharap pada PBB yang sudah jelas merupakan bagian dari konspirasi musuh-musuhnya. Sedangkan, untuk terjun langsung membela saudara-saudaranya di sana, mereka seakan tak berdaya.
Ketidakberdayaan itu mengingatkan kita semua akan hadits yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang perumpamaan meja makan di akhir zaman. “Hampir tiba masanya, dimana semua bangsa akan mengepung kalian sebagaimana orang-orang mengerumuni hidangan di atas meja makan.” Ada yang bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah karena pada waktu itu jumlah kami sedikit ?” Beliau menjawab : “Pada hari itu jumlah kalian adalah banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa gentar di hati musuh-musuh kalian dan menimpakan penyakit Wahn ke dalam hati kalian.” Ada yang bertanya: “Apakah penyakit Wahn tersebut ?” Beliau menjawab: “Wahn adalah cinta kehidupan dan takut mati.” (HR. Imam Ahmad dan Syu’aib Al Arnauthi berkata: “sanadnya hasan.”).
Pihak Zionist leluasa menyerang Gaza karena rasa takut pada musuh-musuh mereka, yaitu umat Islam, telah dicabut oleh Allah SWT. Orang-orang biadab itu tidak lagi merasakan ketakutan pada negara-negara Islam dan organisasi kaum muslimin. Penyakit Wahn itu telah membuat banyak pemimpin negeri Islam dan kaum muslimin enggan berpartisipasi dalam perjuangan membela saudara-saudara mereka yang terzalimi. Banyak diantara mereka hanya bersedia memberikan sisa waktu, tenaga dan hartanya untuk kepentingan Islam dan ummat Islam. Dibandingkan keseluruhan jumlah penduduk negeri-negeri tersebut, hanya segelintir penduduknya yang peduli pada keselamatan dan kehidupan saudara-saudaranya di berbagai tempat seperti Suriah, Rohingya dan Gaza serta tempat-tempat lainnya. Itu pun masih sebatas wacana, diskusi, seminar, aksi damai atau penggalangan dana.
Pemerintahan negara-negara muslim yang lumpuh oleh penyakit Wahn itu tidak punya banyak kekuatan untuk melakukan lobby politik, tekanan ekonomi apalagi aksi militer. Mereka hanya bisa menyaksikan saudara-saudara mereka dibantai dengan “selemah-lemah iman” yaitu sekedar merasakan kepedihan dalam hati. Itu pun jika masih merasakan.
Akankah peristiwa pembantaian di Gaza tahun 2012 ini hanya akan menjadi kenangan pahit tanpa adanya buah pelajaran yang bisa dipetik? akankah dia berlalu seperti pembantaian serupa yang terjadi tahun 2008 lalu? Tentu saja kita berharap tidak. Kita semua mengharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, tanpa perbaikan menyeluruh di segala bidang kehidupan, harapan itu hanya akan menjadi angan-angan kosong hampa makna yang tidak akan mampu menggerakan jiwa – jiwa kita untuk bangun dari tidur panjangnya. Dan Gaza serta negari-negeri Islam lainnya, bahkan mungkin negeri kita sendiri yaitu Indonesia, akan kembali menjadi sasaran kebrutalan mereka tanpa ampun. Bukankah, seperti yang dikatakan George Santayana, mereka yang melupakan sejarah dan tidak mengambil pelajaran darinya akan dikutuk untuk mengulanginya kembali?
ISRAEL kembali memamerkan kecongkakannya. Serangan mereka selama satu pecan ini telah menewaskan 29 warga Gaza Palestina. Israel seakan-akan ingin menunjukkan bahwa sebagai sekutu Amerika tak ada yang bisa menghentikan tindakan-tindakan biadab mereka. Gaza meradang dalam siksaan yang sepertinya tak berujung dan negara-negara Islam seperti tak berkutik melihat penderitaan saudara Muslim mereka di Palestina.
Namun bagaimanakah sebenarnya sejarah Gaza sebagai kota yang kini tengah berdarah? Jalur Gaza atau sering disebut dengan Gaza adalah nama wilayah yang terletak di Timur Tengah, tepatnya di Palestina, sebelah barat daya Palestina ’48 (wilayah Palestina sebelum perang tahun 1948). Sebelah selatan berbatasan dengan Mesir, sebelah barat, timur dan utara berbatasan dengan wilayah Palestina ’48.
Gaza merupakan wilayah yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayahnya 45 km, lebar 5,7 km di beberapa bagian dan 12 km di bagian yang lain yaitu berbatasan dengan Mesir. Sehingga jika dijumlah, luas Jalur Gaza adalah 365 km persegi.
Bagi Kaum muslimin, Gaza merupakan negeri yang bersejarah, negeri perjuangan dan negeri syuhada’, karena banyaknya rakyat Gaza yang syahid di jalan Allah, mulai dari bayi, anak-anak, remaja, hingga nenek-nenek dan kakek-kakek yang dibunuh tentara Zionis Iarael.
Gaza akan selalu diingat dan dikenang khususnya bagi mereka yang mencintai keluarga Rasulullah saw, bagi mereka yang menjadi pengikut mazhab Imam Syafi’i, bagi mereka yang berjuang dan melanjutkan perjuangan Imam Hasan Al Banna dengan gerakannya yang terkenal, Al Ikhwan Al Muslimin.
Buyut Rasulullah saw wafat dan dikubur di Gaza. Beliau bernama Hasyim bin Abdu Manaf. Beliau adalah orang tua dari kakek Rasulullah saw, Abdul Muththalib yang terkenal dengan sebutan Syaibah karena ada segumpal rambut putih di kepalanya.
Imam Syafi’i, murid Imam Malik, pendiri mazhab Syafi’i, juga lahir di Gaza. Hari lahir Imam Syafi’i bertepatan dengan hari wafatnya Imam Abu Hanifah di Baghdad dan wafatnya Imam Ibnu Juraij Al Makky, seorang alim besar di kota Makkah, dikenal dengan Imam Ahli Hijaz.
Imam Syafi’i, sendiri memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin Saib bin Ubaid bin Abu Yazid bin Hasyim bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf bin Qushaiy. Silsilah dari jalur ibunya, Fathimah binti Abdullah bin Al Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib (paman Nabi saw).
Bagi umat Islam yang mengikuti mazhab Imam Syafi’i seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap Gaza, kota kelahiran Iman Syafi’i, yang saat ini penduduknya sedang disiksa secara masal oleh Zionis Israel dengan cara blokade.
Akibat blokade yang diterapkan penjajah Zionis Israel terhadap rakyat Gaza, maka kebutuhan pokok berupa makanan, susu untuk bayi, obat-obatan dan BBM (Bahan Bakar Minyak) tidak dapat masuk Gaza. Berbagai obat-obatan yang dibutuhkan rakyat sudah menipis dan sebagian sudah habis. Jenis obat yang habis tersebut diperkirakan berjumlah 160 jenis. Sekitar 90 alat kedokteran sudah tidak dapat dipakai lagi karena tidak ada suku cadang yang dapat digunakan untuk memperbaikinya.
Apabila “kejahatan kemanusiaan” ini dibiarkan terus, tanpa ada yang mau dan mampu mencegahnya, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi tragedi kemanusian di abad modern.
Gaza juga tempat yang pernah dikunjungi oleh Mursyid ‘Am Al Ikhwan Al Muslimin, Imam Hasan Al Banna, didampingi Ustadz. Abdah Qasim, Sa’duddin Al Walili dan Syekh Muhammad Farghali, Jum’at, 1948.
Imam Hasan Al Banna datang langsung ke kota Gaza, Palestina di tengah kesibukannya dalam berdakwah, untuk memberikan semangat kepada pasukan Al Ikhwan Al Muslimin yang berjihad di Palestina dan memberikan dukungan serta bantuan nyata kepada rakyat Palestina yang sedang berjuang melawan penjajah.
Ketika berada di kantor cabang Ikhwan, di kota Gaza Hasyim, Palestina, Imam Hasan Al Banna menulis kalimat singkat dibuku tamu yang tersedia. Kalimat tersebut tertulis dengan jelas: Hari ini, aku mengunjungi Kantor Cabang Ikhwan di kota Gaza Hasyim. Aku mempertanyakan asal-usul nama ini, Gaza Hasyim. Seseorang berkata kepadaku bahwa Hasyim adalah buyut Rasulullah saw yang kuburannya terdapat di kota Gaza.
Sekarang di Gaza, Palestina, negeri tempat dikuburnya buyut Rasulullah saw, Hasyim bin Abdu Manaf, tempat lahirnya Imam Syafi’i, tempat yang pernah dikunjungi Imam Hasan Al Banna, penduduknya sedang menderita, dentuman roket dan rudal menyasar rumah mereka. Anak-anak hidup mencekam, bayi-bayi Gaza ikut meninggal meregang nyawa.
Kezaliman yang dilakukan penjajah zionis Israel sampai kini masih terus berlanjut, bahkan mereka juga melakukan politik adu domba, politik devide et impera diantara rakyat Palestina. Apakah umat Islam akan diam begitu saja?
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS:Al Hujuraat: 49 :10). (Pz/Islampos/Ladewa)
GAZA, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Wartawan kami, Thoriq, merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk para pembaca yang budiman. Selamat mengikuti.
Pasukan “Berseragam Putih” di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya
Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini. [berbagai sumber]
Source (Arrahmah.com) - Pesawat tempur dan helikopter tempur penjajah salibis Perancis telah membombardir mujahidin Anshar Ad-Din dan Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) sejak Jum'at (11/1/2013) dalam pertempuran di kota Sevare dan Kona, Mali Utara. Invasi militer telah digelar negara penjajah salibis Perancis di Mali Utara.
Presiden Perancis Francois Hollande, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius dan Mentri Pertahanan Perancis Jean-Yves Le Drian menggebu-gebu menggalang dukungan Inggris, Amerika, Barat dan ECOWAS untuk segera menerjunkan pasukannya dalam rangka dukungan terhadap invasi militer salibis internasional tersebut.
Dunia internasional saat ini sedang mengikuti berita dan perkembangan invasi militer ttersebut dengan penuh tanda tanya. Banyak pihak yang masih belum memahami hakekat persoalan yang terjadi di Mali Utara dan invasi militer tersebut. Lebih banyak lagi pihak yang mempertanyakan dampak invasi militer tersebut terhadap aspek ekonomi, politik dan keamanan Negara Mali, negara-negara Afrika Barat dan Barat sendiri.
Seberapa jauh persiapan dan kemampuan mujahidin Anshar Ad-Din dan Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM) untuk melawan invasi militer "keroyokan" tersebut? Apa upaya kedua kelompok jihad Islam tersebut untuk menggalang dukungan dari rakyat Mali, negara-negara Afrika Barat dan dunia Islam pada umumnya? Bagaimana pandangan kedua kelompok jihad Islam itu terhadap rakyat negara-negara Afrika Barat dan Barat sendiri?
Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, kami menurunkan terjemahan dari video Amir Mujahidin Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam (AQIM), asy-syaikh al-mujahid Abu Mush'ab Abdul Wadud hafizhahullah. Video yang dirilis oleh Yayasan Al-Andalus, sayap media AQIM dan Markaz Al-Fajr lil-I'lam pada 3 Desember 2012 tersebut berjudul Ghazwu Mali…Harbun Faransiyatun bil-Wakaalah atau Invasi Militer ke Mali…Perang Agen Perancis.
Dalam video yang berdurasi 26 menit 11 detik dan dipublikasikan sekitar lima minggu sebelum dimulainya invasi militer Perancis di Mali Utara tersebut, syaikh Abu Mush'ab Abdul Wadud menyampaikan enam pesan.
Pesan pertama membongkar tujuan sebenarnya dari invasi militer yang digelar Perancis, Barat dan ECOWAS di Mali Utara.
Pesan kedua menjelaskan tujuan mujahidin adalah melindungi agama, tanah air dan kepentingan kaum muslimin dengan melawan penjajahan kekuatan zionis-salibis internasional dan menghentikan intervensi mereka atas urusan dalam negeri kaum muslimin.
Pesan ketiga merupakan ucapan selamat kepada para pemuda Mali Utara yang bergabung dengan mujahidin untuk menegakkan proyek penerapan syariat Islam. Pesan itu juga menyerukan kepada rakyat muslim Mali, para ulama, juru dakwah, pemuda, orang tua, orang-orang cerdas dan cendekiawannya serta seluruh sukunya untuk melindungi proyek penerapan syariat Islam dengan mendukung mujahidin Anshar Ad-Din.
Pesan keempat merupakan seruan kepada bangsa-bangsa Afrika untuk mendukung mujahidin dan menentang kezaliman penjajah salibis Barat.
Pesan kelima merupakan seruan kepada bangsa Perancis untuk melawan kebijakan invasi militer Presiden Perancis dan melengserkannya guna menghindarkan rakyat Perancis dari krisis ekonomi dan politik yang lebih parah.
Pesan keenam merupakan pernyataan sikap tegas kepada Presiden Perancis dan para pemimpin negara ECOWAS yang terlibat dalam invasi militer di Mali Utara. AQIM menjanjikan perang gerilya dalam jangka panjang yang akan menguras habis kemampuan ekonomi dan militer para aggressor. AQIM juga menjanjikan serangan terhadap kepentingan-kepentingan penjajah salibis Perancis di Afrika Barat.
Video pernyataan sikap Amir AQIM tersebut merepresentasikan kematangan visi ideologi, ekonomi, politik dan militer mujahidin AQIM dan Anshar Ad-Din. Dengan dimulainya invasi militer pasukan udara Perancis di Mali Utara pada Jum'at (11/1/2013) lalu, maka genderang jihad Islam versus perang salib baru telah dimulai di bumi Afrika Barat. Dengan izin Allah, padang sahara Afrika Barat akan mengubur tentara penjajah salibis Barat dan sekuleris Afrika Barat agen Barat. Insya Allah.
"Dan mereka akan senantiasa memerangi kalian sehingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian jika mereka mampu. Maka barangsiapa di antara kalian murtad dari agamanya kemudian ia mati dalam keadaan kafir, niscaya mereka itu telah terhapus amal kebajikannya di dunia dan di akhirat kelak mereka adalah penduduk neraka, kekal mereka di dalamnya."
(QS. Al-Baqarah [2]: 217)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Saudara-saudaraku kaum muslimin di semua tempat…
As-salamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh…
Pesan saya ini datang pada saat Perancis dan negara-negara salibis Barat menabuh gendering perang melalui agennya di kawasan pesisir Afrika (Afrika Barat). Pada waktu ini yang semestinya dikeluarkan resolusi internasional dan resolusi regional untuk menghentikan pembantaian demi pembantaian yang dilakukan oleh rezim biadab Suriah terhadap anak-anak, wanita dan rakyat muslim Suriah…dalam waktu yang sulit ini, justru Dewan Keamanan PBB mengeluarkan rezolusi no. 2071 yang memberikan lampu hijau bagi penjajahan terhadap negeri kaum muslimin di Mali, negeri yang miskin di mana penduduknya mengalami kemiskinan, kelaparan dan ketidak berdayaan akibat kekayaan alamnya dirampok oleh salibis Barat.
Setelah perampokan kekayaan alam tersebut, maka resolusi yang zalim ini datang untuk menambahkan penjajahan secara langsung dan perampokan lebih jauh, sebagai tambahan dari penjajahan terhadap Palestina, Irak, Afghanistan dan Somalia.
Ini adalah sebuah serial baru dari serial-serial invasi zionis-salibis terhadap negeri-negeri kaum muslimin, yang menjelaskan dengan sangat terang rambu-rambu hukum rimba internasional yang terfokus pada gabungan dari standar penilaian dan kebijakan zalim yang diterapkan oleh pihak-pihak yang kuat terhadap pihak-pihak yang lemah, dipaksakan oleh para tirani terhadap orang-orang yang tertindas.
Siapa yang bisa membayangkan atau terbetik dalam benaknya akan digelar pertemuan-pertemuan (negara-negara salibis Barat dan Afrika Barat) yang begitu cepat, mobilisasi dan tatap muka digalakkan pada zaman yang berat ini sehingga terjadi pertemuan-pertemuuan PBB, DK PBB, Uni Eropa dan Uni Afrika?
Bukan untuk menjatuhkan sang jagal durjana Bashar Asad, juga bukan menghentikan kebiadaban Israel yang terus berlanjut terhadap rakyat kita yang terkepung di Gaza…namun justru untuk memerangi Mali dengan dalih mencegah kaum muslimin di Mali dari pemberlakuan hukm syariat Islam di sana dan untuk menghentikan "bahaya Islam yang menyerang", yang jaraknya dari Eropa tak lebih dari 3000 km belaka, seperti klaim mereka!
"Dan mereka akan senantiasa memerangi kalian sehingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian jika mereka mampu." (QS. Al-Baqarah [2]: 217)
Wahai kaum muslimin yang tertindas….
Wahai rakyat Afrika yang kekayaan alamnya dirampok oleh Perancis…
Wahai penduduk dunia yang merindukan penegakan keadilan di antara seluruh umat manusia..
Hari ini kita berada di hadapan kesempatan sejarah yang sangat penting, dimana kebohongan terhadap penduduk dunia kembali dipasarkan dan metode-metode penyesatan ala setan dikloning kembali…ini adalah suatu kesempatan yang menarik memori kita ke belakang…mengingatkan kita akan hari-hari sebelum terjadinya invasi militer ke Irak, mengingatkan kita akan kebohongan terbesar Amerika yang dijajakan oleh George W. Bush dan Collin Powel dengan tujuan menggalang kekuatan untuk melangsungkan peperangan. Apakah kalian bisa mengingat hal itu? Itulah kebohongan tentang senjata kimia dan bahwa Shadam Husain memiliki kaitan erat dengan jaringan Al-Qaeda dan Abu Mush'ab Az-Zarqawi.
Hari ini, inilah dia negara salibis Perancis mengulang skenario Amerika untuk menjustifikasi invasi militernya, memainkan peranan kotor dan buruk yang sama…maka Menteri Luar Negeri Perancis lari kesana dan kemari untuk menggerakkan dunia agar memerangi Mali dengan cara membuat-buat kebohongan-kebohongan palsu yang menjustifikasi peperangan yang zalim ini, yang dipaksakan oleh Perancis kepada semua pihak, terutama kepada Afrika dan negara-negara pesisir (Afrika Barat).
Inilah dia (Presiden Perancis) Francois Hollande berbohong dan menjadikan Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam sebagai "hanger pakaian" tempat ia menggantungkan kegagalan-kegagalan politik dalam negerinya….agar ia bisa menyembunyikan di baliknya tujuan-tujuan berbahaya dan membawa bencana yang akan menyebabkan penjajahan, pencabik-cabikan dan penghancuran terhadap Mali…di mana pecahan-pecahan bencana tersebut akan berhamburan mengenai setiap Negara tetangga dalam kawasan Afrika Barat, tidak mungkin tidak hal (kehancuran luas di kawasan Afrika Barat) itu pasti akan terjadi.
Kita mendengar dan menyaksikan sendiri pada hari ini bagaimana media massa Perancis menempuh taktik terror dan berbohong kepada dunia, kepada penduduk Afrika, kepada penduduk Perancis…membodohi penduduk Perancis sendiri dan mengesankan kepada mereka bahwa ada ratusan mujahidin dari Perancis dan Arab yang mengalir ke wilayah Mali, setelah itu mereka akan berangkat untuk menyerang Eropa…menyebar di Afrika dan memerangi penduduk Afrika. Ini adalah cara-cara kebohongan yang selalu menjadi kebiasaan para rezim tiran, sejak George Bush, Qaddafi, Bashar Ashar dan kini diulangi lagi oleh Hollande.
Dari titik tanggung jawab sejarah dan guna menjelaskan beberapa kenyataan serta membuat beberapa poin penjelasan penting, dalam surat ini saya hendak menyampaikan beberapa surat kepada beberapa pihak.
Pesan pertama
Saya ingin membongkar tujuan-tujuan tersembunyi dan sebab-sebab sebenarnya yang melatar belakangi invasi militer yang melalui agennya Perancis ingin memaksakan kehendaknya kepada bangsa-bangsa di kawasan (Afrika Barat) ini.
Tujuan tersembunyi dan sebab sebenarnya adalah Perancis ingin mendapatkan tambahan jaminan untuk merampok kekayaan kaum muslimin dan bangsa-bangsa Afrika dengan terus mengalirnya secara deras Uranium dan minyak bumi kepada industri Perancis tanpa Perancis membayar harga semestinya, dengan menguras tenaga dan keringat para pekerja Nigeria yang miskin. Sehingga perbendaharaan emas dan perak di Mali dan negara-negara sekitarnya bisa dirampok oleh Perancis dengan harga paling murah, sementara bangsa Mali tetap mendekam dalam kubangan lumpur penderitaan dan kemiskinan. Sehingga anak-anak Eropa tetap bisa menikmati lezatnya coklat, di saat anak-anak Mali menangis di ladang-ladang Kakao di wilayah pedalaman.
Di samping itu, ada kedengkian salibis hitam yang turun-menurun dalam perasaan dan lubuk hati Perancis, yang membuat Perancis menodai kehormatan Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam dengan cara mempublikasikan gambar-gambar yang melecehkan beliau shallallahu 'alaihi wa salam; Perancis juga melarang para muslimat di Perancis dari hak privat mereka untuk memakai niqab (cadar), Perancis menekan kaum muslimin di sana. Kedengkian yang sama telah mendorong Perancis untuk memobilisasi peperangan yang mencegah kaum muslimin dari hak mereka untuk hidup dengan berkomitmen kepada syariat mereka dan keislam an mereka di negeri mereka sendiri yang 90 persen warganya adalah muslim.
Secara sederhana saja sudah sangat jelas bahwa ini adalah perang Perancis yang zalim dengan memakai agennya, didorong oleh ambisi material yang bercampur baur dengan kedengkian salibis terhadap Islam dan kaum muslimin.
Guna merealisasikan ambisi-ambisinya, setiap hari Perancis rajin melakukan intervensi dan menempatkan kekuatan militernya yang pada gilirannya akan menjadi penempatan permanen di Mali Utara.
Bukan itu saja. Bahkan hal itu barulah langkah pertama, jika Perancis sukses ---dengan izin Allah, Perancis tidak akan sukses--- akan menjadi benteng pertahanan yang kokoh, darinya Perancis akan melanjutkan rencana-rencana setannya yang berporos pada taktik menyalakan konflik-konflik di kawasan Afrika Barat dan mendorong pencabik-cabikan wilayah-wilayah yang telah lebih dahulu tercabik-cabik. Sehingga rencana jahat Perancis ini bukan saja mengancam Mali, namun juga mengancam seluruh negara di Kawasan ini dengan bencana, peperangan dan pencabaik-cabikan wilayah. Pembagian negara Sudan belum berlalu lama dari ingatan kita semua.
Pesan Kedua
Saya ingin menegaskan bahwa tanzhim Al-Qaeda belum dan tidak akan menjadi sebuah ancaman, tidak bagi Mali, tidak bagi negara-negara tetangga, tidak pula bagi negara-negara Afrika, tidak seperti berita bohong dan klaim palsu Perancis. Sebab tujuan mujahidin sudah jelas, yaitu membela agama mereka dan kepentingan-kepentingan umat mereka dengan cara menargetkan aliansi zionis-salibis sehingga aliansi zionis-salibis menghentikan penjajahannya terhadap negeri-negeri kaum muslimin dan intervensi mereka terhadap urusan dalam negeri kaum muslimin.
Adapun negara-negara tetangga Mali dan negara-negara Afrika, maka tidak menjadi target-target kami kecuali sebatas pembelaan terhadap nyawa kami. Oleh karena itu para pemimpin negara-negara tersebut jangan sampai terseret kepada peperangan yang sebenarnya bukan peperangan (untuk kepentingan) mereka; mereka harus belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain; mereka harus mengetahui bahwa Perancis hanya menginginkan kepentingan Perancis, bukan kepentingan mereka. Perancis ingin menjadikan kepala negara-negara Afrika, tentara mereka dan rakyat mereka sebagai bahan bakar bagi gejolak api yang kobarannya akan menjangkaui ibukota-ibukota negara mereka; sementara pada saat yang rakyat Perancis merasakan keamanan, menikmati kekayaan alam negara-negara Afrika dan berlindung di balik lautan yang jauh.
Oleh karena itu saya nasehatkan kepada para pemimpin negara-negara Afrika, janganlah mereka berbaris di belakang (Presiden Perancis) Francois Hollande jika mereka benar-benar menginginkan kebaikan bagi negara dan rakyat mereka. Hendaknya mereka mengambil pelajaran dari kata pepatah yang berbunyi: "Jika rumahmu terbuat dari kaca, maka janganlah engkau melempari manusia dengan batu!"
Sudah sama-sama diketahui bahwa "rumah" Aljazair terbuat dari kaca, demikian juga "rumah" Senegal, Niger dan Mauritania. Dari arah kami sendiri, kami tidaklah berambisi dan tidak memiliki keinginan untuk melempari "rumah-rumah" tersebut dengan batu, kecuali jika batu-batu mereka mengenai kami, maka pada saat tersebut kami terpaksa akan melempari "rumah kaca mereka yang rapuh" tersebut dengan batu.
Pesan Ketiga
Kepada bangsa muslim Mali yang perwira, memegang teguh agamanya dan kebudayaan Islamnya yang telah mendarah daging…saya katakan kepada mereka: Sesungguhnya problem lama yang kini dihidupkan kembali di negara kalian adalah problem dalam negeri di antara kaum muslimin, bisa diselesaikan dalam negeri melalui perdamaian di antara sesama kaum muslimin sendiritanpaharus menumpahkan satu tetes darah sekalipun.
Setiap cendekiawan, tokoh masyarakat dan pemimpin di negara kalian memahami hal itu dan mengetahui solusi damai di antara sesama kalian itu memungkinkan untuk ditempuh. Maka untuk apa kehadiran orang-orang kafir yang asing di negara kalian? Untuk apa para penjajah salibis turut campur dalam urusan-urusan kaum muslimin? Kapan kekuatan superpower arogansi dan tirani internasional yang menjadi penumpah darah orang-orang tak berdosa dan para pedagang perang tiba-tiba memiliki keinginan kuat untuk memberikan kemaslahatan bagi kaum muslimin, kalau bukan karena mereka semakin berambisi terhadap minak bumi yang bercampur dengan darah seorang muslim?
Sesungguhnya Perancis berdusta kepada kalian ketika Perancis mengklaim sangat menginginkan persatuan Mali, padahal seluruh bukti-bukti menunjukkan secara jelas fakta sebaliknya dan menegaskan bahwa Perancis adalah pihak yang paling berambisi untuk memecah-belah Mali. Bukankah Perancis adalah pihak yang mendukung Gerakan Nasional Pembebasan Azawad dengan tujuan menjadikannya mampu menguasai Mali Utara dan mendirikan negara sendiri?
Namun, segala puji bagi Allah, saudara-saudara kalian mujahidin dan putra-putra kalian dari kalangan aktifis Islam di Mali Utara berhasil menghancurkan program-program setan Perancis dan merusak rencana-rencana penuh makar Perancis.
Hari ini Perancis ingin mengulang usaha yang sama dengan cara mirip yang bersandar, pertama, pada intervensi militer, kemudian kedua pada pembagi-bagian wilayah di mana wilayah Mali Utara akan tetap tunduk kepada agen-agen dan antek-antek Perancis selamanya. Namun usaha mereka itu akan mustahil berhasil, mustahil berhasil.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin di Mali…
Sesungguhnya jaminan yang sesungguhnya bagi persatuan Mali dan penyatuan bangsa Mali adalah proyek Islam yang akan mencegah pembagi-bagian wilayah, menjaga darah, merealisasikan keadilan, mengembalikan hak-hak, mempersaudarakan dan menyatukan di antara setiap kelompok bangsa kalian.
Hari ini ada kesempatan emas dan berharga untuk saling memahami dan bersepakat sekitar proyek Islam ini di antara putra-putra bangsa muslim yang satu dan saudara-saudara seagama yang satu, yang jauh dari kekuatan superpower arogansi internasional dan jauh dari intervensi militer yang didorong oleh negara salibis Perancis, yang tidak akan mendatangkan bagi kalian selain kehancuran, keruntuhan dan bencana. Maka janganlah kalian melewatkan kesempatan emas tersebut dan dukunglah upaya tersebut dengan segenap kekuatan dan tekad baja.
Di sini saya mempergunakan kesempatan ini:
Pertama, saya sampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada rakyat kami di Mali Utara, di mana sejumlah besar para pemudanya yang memiliki semangat pembelaan terhadap agama dan tanah airnya bangkit dan bergabung dengan barisan-barisan mujahidin untuk membela Islam dan berperan dalam melawan para penjajah yang ingin menjajah negeri mereka.
Kedua, saya serukan kepada rakyat muslim Mali…hendaklah para ulama, juru dakwah, pemuda, orang tua, orang-orang cerdas dan cendekiawannya serta seluruh sukunya bangkit untuk melindungi proyek Islam dengan cara meletakkan tangan mereka pada tangan saudara-saudara mereka Gerakan Anshar Ad-Din, hendaklah mereka membangun kesepahaman dengan saudara-saudara mereka Gerakan Anshar Ad-Din, hendaklah menjadi tangan yang satu dan barisan yang saling menguatkan demi menyelamatkan negara Mali dari pemecah-belahan dan menghilangkan kesempatan para pengintai jahat yang tidak mempedulikan kepetingan negara dan kepentingan rakyat. Dengan izin Allah, barisan mereka yang saling menguatkan tersebut akan menjadi benteng kokoh yang menghadang dan mencerai beraikan ambisi-ambisi penjajah salibis dari luar negeri yang sedang menunggu-nunggu kesempatan.
Saya juga menyerukan kepada kaum muslimin di setiap tempat untuk menolong saudara-saudara mereka di Mali dan memberikan kepada mereka semua bentuk bantuan dan dukungan. Sebab seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya dan kaum beriman itu bagaikan satu tubuh.
Pesan Keempat
Pesan ini saya tujukan kepada bangsa-bangsa Afrika.
Saya ingin menjelaskan kepada mereka bahwa peperangan Al-Qaeda dan mujahidin melawan penjajah Barat yang ganas bukanlah untuk membela kepentingan-kepentingan kaum muslimin semata. Namun ia juga merupakan pembelaan terhadap orang-orang yang dizalimi dan ditindas di seluruh dunia; ia merupakan perlawanan terhadap kezaliman yang menjajah seluruh umat manusia, secara khusus penjajahan terhadap bangsa-bangsa Afrika yang diperbudak oleh orang Barat dan digiring sebagai budak yang terikat dengan rantai-rantai mereka melalui samudra-samudra agar orang Barat bisa membangun perdabannya di atas penderitaan dan nestapa bangsa-bangsa Afrika.
Kami ingin kalian, wahai bangsa-bangsa Afrika, membebaskan diri dari dominasi Barat dan menghancurkan belenggu-belenggu Barat. Karena di antara tujuan kami adalah membebaskan manusia dari peribadatan kepada sesame manusia menuju peribadatan kepada Tuhannya manusia. Kami juga ingin keadilan menyebar rata di antara seluruh manusia tanpa ada diskriminasi antara warga kulit hitam dan warga kulit putih, kecuali perbedaan atas dasar ketakwaan.
Maka kemenangan mujahidin melawan Barat yang merampok kekayaan alam kalian dan membangun kemewahan bangsa-bangsa Barat di atas kemiskinan dan kelaparan anak-anak kalian, pada hakekatnya adalah kemenangan bangsa-bangsa Afrika dan perolehan hasil mereka yang besar.
Pesan Kelima
Saya sampaikan kepada bangsa Perancis. Saya katakana kepada mereka: Sesungguhnya Hollande yang popularitasnya anjlok ingin menutup-nutupi kegagalan politik dalam negerinya dengan cara melarikan diri ke depan. Dengan hal itu, ia ingin menjerumuskan kalian lebih jauh lagi dari keterjerumusan kalian sebelumnya dalam perang Afghanistan. Hal serupa sebelumnya telah dilakukan oleh George W. Bush, namun ia gagal dan kecewa.
Hollande ingin mempertaruhkan keamanan kalian, kepentingan-kepentingan kalian dan kehidupan anak-anak kalian ke dalam bahaya yang lebih besar dari waktu-waktu yang telah lalu.
Maka hendaklah kalian bertanya kepada setiap pakar ekonomi: Apakah peperangan-peperangan yang telah diterjuni atas keputusan para politikus Barat di Afghanistan, Irak dan Somalia menambah kemakmuran Eropa? Ataukah ia justru menjerumuskan Eropa dalam krisis ekonomi parah yang sebelumnya belum pernah terjadi sehingga berpotensi meruntuhkan Eropa?
Hendaklah kalian bertanya kepada para ibu yang anak-anaknya menjadi tentara-tentara Perancis dan tewas di Afghanistan; Apakah keputusan ikut dalam peperangan di Afghanistan ditanggung akibatnya oleh (Presiden Perancis periode tersebut, Nicolas) Sarkozy ataukah dampak-dampaknya menjadi penderitaan dan kerugian bagi negara Perancis?
Jika para cendekiawan kalian sepakat bahwa keputusan ikut serta dalam perang di Afghanistan tersebut adalah keputusan yang salah, maka ketahuilah oleh kalian bahwa keputusan Hollande yang menggelar peperangan di kawasan pesisir (Afrika Barat) pada hari-hari mendatang akan membuktikan kepada kalian bahwa ia lebih buruk bahayanya dari keputusan Sarkozy, harganya akan sangat mahal dan anggarannya akan jauh lebih besar.
Sesungguhnya cara menjaga kepentingan-kepentingan Perancis adalah hendaknya Perancis meninggalkan sarana-sarana dan kebijakan-kebijakan yang menjadikan Perancis sebagai target serangan. Kepentingan-kepentingan Perancis, bagi para cendekiawan kalian, bisa dijaga dengan cara-cara yang mudah dan berbiaya jauh lebih murah dibandingkan biaya-biaya peperangan yang dilancarkan oleh Hollande. Mereka cukup menempuh arah yang benar saja, maka kepentingan-kepentingan Perancis akan terlindungi.
Maka ambillah inisiatif, sebagaimana nenek moyang kalian para revolusioner mengambil inisiatif dan bergerak sebelum kesempatannya lewat, guna menghentikan dan melengserkan Presiden yang gagal ini, yang ingin menutup-nutupi kegagalannya dengan menenggelamkan kalian lebih dalam dan lebih dalam lagi dalam perang yang gagal, di mana karakter paling menonjolnya adalah akan memberikan legalitas lebih besar bagi persoalan kami, membuat kami memperoleh simpati lebih luas dan membuat kami semakin tegar dan bersemangat baja untuk menghantam kepentingan-kepentingan kalian. Dan alangkah banyaknya kepentingan-kepentingan sangat vital Perancis di negara-negara pesisir (Afrika Barat) yang sampai saat ini belum kami putuskan kapan akan menjadi target serangan.
Dalam kesempatan ini, saya tidak lupa untuk mengingatkan keluarga para sandera warga Perancis yang berada di tangan kami…kami tegaskan kepada mereka satu perkara penting…
Presiden kalian, Hollande, bersikap kontradiktif dan membodohi kalian dalam perkara anak-anak kalian. Di satu sisi Hollande mengumumkan kepada kalian bahwa ia bekerja untuk menyelamatkan mereka, namun pada realita di lapangan ia ngotot melangsungkan intervensi militer dan melakukan pergerakan militer secara rahasia yang berarti ia sedang menggali kuburan bagi anak-anak kalian dan ingin melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap pembebasan mereka.
Maka saya nasehatkan kepada kalian untuk melakukan gerakan ternag-terangan secara cepat dan melalui media massa untuk menyelamatkan anak-anak kalian yang akan dikorbankan oleh Presiden Hollande untuk kepentingan pribadi dan politiknya belaka. Seandainya orang-orang yang disandera adalah kerabat-kerabat Hollande sendiri, tentu sepenuhnya ia akan melakukan pendekatan yang berbeda guna menyelesaikan kasus ini.
Pesan Terakhir saya
Saya sampaikan kepada setiap orang yang memobilisasi dan nekat menggelar perang yang zalim ini, di mana pemimpinnya adalah Presiden Perancis dan sebagian pemimpin negara-negara pesisir barat Afrika yang berbaris di belakang Presiden Perancis.
Saya katakan kepada mereka…
Jika kalian menginginkan perdamaian dan keselamatan di negara kalian dan negara-negara pesisir (Afrika Barat) serta negara-negara sekitarnya, maka kami menyambut baik keinginan tersebut…
Namun jika kalian menginginkan peperangan maka kami pun akan melayani keinginan kalian…padang sahara yang luas akan menjadi kuburan bagi tentara-tentara kalian dan kehancuran bagi harta-harta kalian, dengan izin Allah…
Kami adalah putra-putra perang…kami tumbuh dewasa dalam suasana perang dan kami memiliki pengalaman yang kaya dalam persoalan perang yang membuat kami akan memenangkan peperangan seperti ini…
Kami sampaikan kabar gembira kepada kalian bahwa kami memiliki nafas yang sangat panjang…dahulu kami telah menerjuni peperangan yang memakan waktu dua puluh tahun dengan berbekal senapan berburu dan beberapa pucuk senapan mesin belaka. Adapun sekarang Allah telah mengaruniakan kepada kami perbendaharaan yang besar berupa persenjataan, amunisi dan para pemuda yang bersemangat baja. Maka kami mampu membalas segala bentuk serangan dan kami mampu memberikan perlawanan untuk satu abad ke depan…kami akan antusias menjadikan perang ini sebagai perang jangka panjang yang menguras energi kalian dan memperdalam krisis ekonomi dan politik kalian. Dan kami akan sangat antusias menjadikan pecahan-pecahan perang ini menghantam setiap rumah kaca lemah yang pemiliknya turut serta dalam menyerang kami.
Kami akan menerjuni peperangan suci demi Islam dan membela tanah air Islam, dengan meminta pertolongan kepada Rabb kami dan percaya sepenuhnya akan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Sesungguhnya Allah yang telah mengalahkan Amerika dan antek-anteknya di di Afghanistan dan Irak akan mampu untuk mengalahkan Perancis dan antek-anteknya di gurun sahara terluas, yang akan menenggelamkan mereka dalam lautan pasirnya yang panas membakar.
Jika kalian menginginkan perang, maka kami menyambutnya dan akan menambahnya, dan kami akan meraih kemenangan dengan kekuatan dan pertolongan Allah semata. Sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla firmankan dalam kitab suci-Nya,
"Orang-orang yang yakin bahwa mereka kelak akan menghadap Allah, mereka itu mengatakan: "Betapa sering terjadi satu kelompok kecil mengalahkan satu kelompok besar atas izin Allah dan Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 249)