“Those who forget the past are condemned to repeat it”
George Santayana
GAZA kembali membara, kepulan asap tebal dari sisa-sisa mesiu dan bangunan-bangunan yang terbakar memenuhi angkasa. Bumi Palestina yang penuh berkah itu kembali digenangi darah orang-orang tak berdosa yang dibantai makhluk-makhluk durjana tak bernurani yang buta mata hatinya. Puluhan ribu orang meninggal dunia dan entah berapa banyak lagi yang terluka dan cedera. Beratnya beban penderitaan mereka, baik fisik maupun psikologis, sudah tidak terbayangkan lagi beratnya.
Sebagaimana diberitakan dalam situs islampos.com, Jurubicara Kementrian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, Dr. Ashraf Qudra menegaskan korban agresi Zionis Israel hingga hari Ahad (18/11) mencapai 52 orang gugur dan lebih dari 550 lainnya terluka, seorang dua orang warga dan seorang bocah gugur dalam serangan Israel di kamp pengungsi Shati serta seorang wanita lanjut usia. Kini jumlah korban jiwa sudah mencapai ratusan orang, entah berapa banyak lagi korban jiwa dan korban luka yang akan jatuh di sana.
Mungkin masih ada diantara kita yang bertanya-tanya, apakah yang menyebabkan Zionis begitu seringkali menyerang Gaza dan darah sekitarnya? Gaza dan sekitarnya adalah wilayah yang mau tidak mau harus mereka taklukkan secara militer. Penduduk Gaza bukanlah orang-orang hedonis yang hidupnya serba materialistis, boros dan bergelimang kemewahan harta. Mereka adalah orang-orang yang tahan uji, kuat mental dan memiliki spiritualitas yang tinggi. Banyak di antara mereka adalah diantara orang-orang yang menjaga amanah Al Quran yang diberikan kepada manusia oleh Allah SWT. Bahkan, menurut Sekjen KISPA, Ustadz Ferry Nur, alasan Zionis menyerang Gaza pada tahun 2008 yang lalu adalah karena adanya wisuda para penghafal Al Quran sebanyak 3500 orang. Banyaknya para penghafal Al Quran yang masih muda itu sangat mengguncang hati dan mental pengecut kaum Zionis.
Mereka pun tidak segan-segan pun melancarkan serangan membabi buta yang mengakibatkan kematian banyak penduduk tak berdosa di sana. Namun demikian, sampai hari ini Gaza belum juga bisa mereka taklukkan. Serangan-serangan biadab itu malah membuat para penduduknya semakin dekat dengan Allah SWT dan semakin meneguhkan mereka di jalan yang diridhoiNya, Insya Allah. Kaum Zionis sebenarnya takut sekali pada para penduduk Gaza yang selama ini tidak pernah bisa mereka taklukkan. Mereka takut pada lemparan-lemparan batu dan roket-roket yang seringkali menghantam tempat-tempat tinggal mereka. Dalam keadaan takut yang menguasai dan merongrong jiwa pengecut mereka, mereka pun tak segan-segan mengerahkan segala yang mereka punya ke Gaza. Mereka ingin melenyapkan Gaza karena Gaza adalah mimpi buruk yang menghantui mereka setiap malam. Gaza mampu mengingatkan mereka akan kematian dan dosa-dosa mereka serta busuknya ideologi warisan para penyembah berhala yang mereka pegang teguh selama ini. Gaza adalah penghinaan terhadap kebanggan rasial semu yang mereka pertahankan mati-matian selama berabad-abad. Walaupun demikian, bukan berarti kaum muslimin boleh berpangku tangan dan menyerahkan begitu saja persoalan ini pada penduduk Gaza. Kita memilik kewajiban untuk membantu mereka semaksimal mungkin yang kita mampu.
Sangat disayangkan, peristiwa serangan membabi-buta kaum Zionis ke Gaza tahun 2008 yang lalu tidak dijadikan pelajaran oleh umat Islam di dunia ini. Sehingga, saat peristiwa serupa terjadi di tahun 2012 ini, umat Islam kembali terkaget-kaget dan menyikapinya dengan reaktif. Mereka hanya bisa mendesak dan berharap pada PBB yang sudah jelas merupakan bagian dari konspirasi musuh-musuhnya. Sedangkan, untuk terjun langsung membela saudara-saudaranya di sana, mereka seakan tak berdaya.
Ketidakberdayaan itu mengingatkan kita semua akan hadits yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW tentang perumpamaan meja makan di akhir zaman. “Hampir tiba masanya, dimana semua bangsa akan mengepung kalian sebagaimana orang-orang mengerumuni hidangan di atas meja makan.” Ada yang bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah karena pada waktu itu jumlah kami sedikit ?” Beliau menjawab : “Pada hari itu jumlah kalian adalah banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah mencabut rasa gentar di hati musuh-musuh kalian dan menimpakan penyakit Wahn ke dalam hati kalian.” Ada yang bertanya: “Apakah penyakit Wahn tersebut ?” Beliau menjawab: “Wahn adalah cinta kehidupan dan takut mati.” (HR. Imam Ahmad dan Syu’aib Al Arnauthi berkata: “sanadnya hasan.”).
Pihak Zionist leluasa menyerang Gaza karena rasa takut pada musuh-musuh mereka, yaitu umat Islam, telah dicabut oleh Allah SWT. Orang-orang biadab itu tidak lagi merasakan ketakutan pada negara-negara Islam dan organisasi kaum muslimin. Penyakit Wahn itu telah membuat banyak pemimpin negeri Islam dan kaum muslimin enggan berpartisipasi dalam perjuangan membela saudara-saudara mereka yang terzalimi. Banyak diantara mereka hanya bersedia memberikan sisa waktu, tenaga dan hartanya untuk kepentingan Islam dan ummat Islam. Dibandingkan keseluruhan jumlah penduduk negeri-negeri tersebut, hanya segelintir penduduknya yang peduli pada keselamatan dan kehidupan saudara-saudaranya di berbagai tempat seperti Suriah, Rohingya dan Gaza serta tempat-tempat lainnya. Itu pun masih sebatas wacana, diskusi, seminar, aksi damai atau penggalangan dana.
Pemerintahan negara-negara muslim yang lumpuh oleh penyakit Wahn itu tidak punya banyak kekuatan untuk melakukan lobby politik, tekanan ekonomi apalagi aksi militer. Mereka hanya bisa menyaksikan saudara-saudara mereka dibantai dengan “selemah-lemah iman” yaitu sekedar merasakan kepedihan dalam hati. Itu pun jika masih merasakan.
Akankah peristiwa pembantaian di Gaza tahun 2012 ini hanya akan menjadi kenangan pahit tanpa adanya buah pelajaran yang bisa dipetik? akankah dia berlalu seperti pembantaian serupa yang terjadi tahun 2008 lalu? Tentu saja kita berharap tidak. Kita semua mengharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, tanpa perbaikan menyeluruh di segala bidang kehidupan, harapan itu hanya akan menjadi angan-angan kosong hampa makna yang tidak akan mampu menggerakan jiwa – jiwa kita untuk bangun dari tidur panjangnya. Dan Gaza serta negari-negeri Islam lainnya, bahkan mungkin negeri kita sendiri yaitu Indonesia, akan kembali menjadi sasaran kebrutalan mereka tanpa ampun. Bukankah, seperti yang dikatakan George Santayana, mereka yang melupakan sejarah dan tidak mengambil pelajaran darinya akan dikutuk untuk mengulanginya kembali?
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment
Dont Forget To Like & Follow US ^.^